Sabtu, 17 Mei 2014

Assassin’s Creed : Indonesian Revolution #Chapter_1



Yo brayy, gua lama kaga bikin cerita fiksi ya? :v,
well, baiklah, Ini adalah cerita fiksi gua yang ke...., keberapa yak gua lupa -_-, ah bomat lah :v, Yang jelas, cerita fiksi yang satu ini adalah cerita fiksi yang bersambung dengan settingan sejarah kemerdekaan indonesia cuy, huehue. 
dan 1 lagi, ini adalah cerita yang gua rilis kelanjutannya 2 minggu sekali cuy, okey, that's all.

Selamat membaca !

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Created by: Bima Arif Putra
Inspired by: Real Life Event, Dream, Jagatplay, Assassin’s Creed,  and Indonesian heroes
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 “Assassin’s Creed : Indonesian Revolution #Chapter_1”
--------------------------------------------------------------------------------------
 Perkenalkan, namaku Taksa Pragata, ya aku tau nama ini sedikit aneh, tapi orang tuaku bilang kalau nama ini punya sebuah arti, sebuah arti untuk masa depan pemilik namanya, arti dari namaku ini adalah Sayap Cepat, aku bingung, masa depanku ini jadi burung apa jadi orang, padahal aku sendiri udah punya burung :v.
 Aku lahir pada tanggal 7 November 1900, Aku keturunan orang jawa,dan tinggal di Maospati, sebuah kecamatan di daerah magetan, sekarang aku berumur 16 tahun,
Negaraku ini benar-benar kasihan, pembunuhan dimana-mana, kelaparan, pemerkosaaan, dan macam-macam kejahatan lainnya, itu semua karna penjajahan.
 Aku sudah membantu ayahku untuk melawan bajingan-bajingan belanda sejak tahun 1916, Ayahku mendirikan sebuah organisasi bernama Pembunuh diam-diam, Motto kami hanya satu, yaitu “Kami menyerang didalam kegelapan untuk menghadirkan cahaya”. Dan apakah kalian tau?, Walaupun orang yang ikut di organisasi kami ini hanya 5 orang(termasuk Aku dan Ayahku), kami berhasil menghabisi 24 orang tentara belanda pada saat mereka berencana menyerang Daerah kami.
 Pada tanggal 7 Juli 1916, Tentara Belanda mendapat tugas untuk menyerang daerah kami dan mencari pemberontak-pemberontak yang mengirim salah satu pasukan mereka ke sebuah pos dengan sebuah surat, dan isi surat itu adalah “TINGGALKAN NEGARA KAMI, ATAU KALIAN AKAN MATI”, Mereka tau artinya karna dia adalah orang penerjemah bahasa Indonesia ke bahasa Belanda, Ya aku jelasin detail gitu karna emang aku yang nyuruh tuh orang, hehe.
Sebelum Belanda menyerang daerah kami, kami sudah mengetahuinya duluan karna ada salah satu anggota kami bernama Muhammad Gusri dengan berani menyamar menjadi tentara Belanda di markas mereka selama 3 hari sebelum penyerangan terjadi, tentunya dia sudah belajar bahasa Belanda dari salah satu tawanan kami yang akhirnya kami kirim ke mereka untuk meninggalkan ancaman kami.
 Pada hari Rencana penyerangan itu, Kami sudah bersiap sejak jam 2 pagi dengan beberapa senjata yang kami buat dan kami rebut, Ada sekitar 3 orang yang berada di atas pohon di hutan-hutan yang sangat lebat tepatnya dibelakang Kecamatan kami, mereka bertugas untuk menembak tentara Belanda dari kejauhan, Sementara 2 orang lagi yaitu aku dan Ayahku, Kami bersiap dibawah jembatan dan bertugas untuk memancing tentara belanda masuk ke dalam hutan yang akan menjadi jebakan kami.
Sekitar jam 4:05 Pagi, Aku melihat 2 truk tentara Belanda yang kemungkinan dikirim untuk menyerang desa kami, Aku pun mengambil batu kecil dan melemparnya ke temanku yang ketiduran diatas pohon untuk memberitaunya kalau Belanda sudah terlihat.

  “Pstt, kampret ! bangun koe cuk !” ucapku sambil melempar batu kearah Ziad,

  “Aduh !, Ono opo cuk?” Tanya Ziad sambil mengucek mata dan memegangi pantatnya yang kena lemparan batuku, persis seperti monyet yang baru bangun tidur dan menggaruk pantatnya :v,

  “Belanda wes keliatan, bangunin seng lain” Ucapku,

  “Oke-oke” balas Ziad sambil langsung membangunkan anggota yang lain,

 Aku pun langsung bersiap dengan ayahku, kami hanya dipersenjatai pistol dan dua bilah senjata yang dinamakan ‘KARAMBIT’, Sebuah pisau kecil dengan besi yang tajam melengkung seperti kuku Harimau,
aku mendapatkan senjata ini dari Teman Ayahku yang berasal dari minangkabau.
 Setelah kami berdoa selama 15 detik, kami pun siap untuk menghabisi penjajah bajingan ini.
Pada saat truk Belanda yang pertama itu melintas diatas jembatan yang berada tepat diatas kami, kami pun memperintahkan Ziad untuk menembak lubang bensin truk itu, dan BAMMM !, truk itu meledak seketika, Truk kedua yang berisi 12 orang tentara Belanda itu pun langsung mendadak berhenti dan mereka semua turun dari truk untuk mencari kami, Ayahku pun pelan-pelan menuju ke hutan tempat kami jebakan kami untuk memancing mereka.
 Setelah Ayahku sudah sampai di hutan yang sudah terisi perangkat kami, Ayah ku pun berteriak :

  “WOY TENTARA-TENTARA SIALAN !, AKU DISINI BODOH !, DASAR HOMO !” Teriak Ayahku,

 Teriakan Ayahku itu pun berhasil memancing mereka untuk mendatangi perangkap kami, dan ternyata, ada 2 orang tentara yang di tugaskan untuk menjaga truk ini, ya berarti, mau gamau, mereka yang jadi mangsaku, huehuehuehuehue.
 Aku pun dengan hati-hati memanjat truk ini tanpa ketauan, setelah aku sampai diatas truk, aku pun menyiapkan Kedua bilah karambit ku yang benar-benar tajam di bagian ujung, dan dibagian sisi kiri dan kananya.
  “Pssttt, hei” Ucapku ke mereka,
 Mereka pun menoleh ke atas, dan pada saat itu lah aku menghujamkan 2 bilah karambit ini ke jakun mereka, dan akhirnya, mereka pun mati tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.
Setelah mereka aku selesaikan, sekarang aku menuju ke hutan tempat dimana jebakan-jebakan telah disiapkan.
 Ziad, Gusri, dan Yono telah bersiap untuk menembak tentara-tentara belanda itu,
Tentara belanda dengan keadaan siaga mencari kami, Aku langsung memerintahkan Ziad, Gusri, dan Yono membidik ke-3 target yang berbeda dengan isyarat jari,
aku pun menyiapkan pistol dan sebilah karambit untuk menghabisi mereka, Aku bidik salah satu dari mereka dan “BAMM !” satu tentara tertembak tepat di tenggorokan.
 Tentara-tentara belanda yang lain pun kebingungan dan langsung menembak membabi buta, Aku melihat 2 orang tentara belanda mendatangi tentara belanda yang tadi aku tembak, Ayahku pun dengan sigap memanjat pohon dan melompat kearah mereka berdua sambil menghujamkan 2 bilah karambit tepat di mata mereka, Aksi Ayahku itu pun diketahui oleh 7 tentara belanda yang lain,
  “TEMBAKKKK !” Ucapku,
Ziad, Gusri, dan Yono pun langsung menembak 3 tentara belanda tepat di bagian ubun-ubun mereka, AKu melihat ada seorang tentara belanda membidik Ayahku, lalu aku pun dengan sigap langsung melempar karambit ke arah tentara belanda itu.
Setelah itu, kini hanya tersisa 3 orang saja, Ziad, Gusri, dan Yono pun turun dari pohon untuk menodong sisa tentara belanda itu.
  “Angkat Tangan !” Ucapku sambil menodongkan pistol,
 3 Tentara Belanda itu pun langsung menjatuhkan senjata dan mengangkat tangan, Aku pun langsung memerintahkan Ziad dan Yono untuk menangkap mereka untuk di introgasi di rumah kami. Sementara Ayahku, dia mengambil truk tentara Belanda itu dan ditempatkan di dekat jalan keluar tersembunyi dari kampung kami.
 Setelah itu, Kami menempatkan masing-masing dari tentara belanda itu di sebuah kursi, dan setelah itu, kami pun mengintrogasi mereka.
  “Who zei dat je moest hier gekomen?( Siapa yang menyuruhmu kesini?)” Tanya Gusri,

  “Ik liever dood dan dat u vertellen !(
Aku lebih baik mati daripada memberitahu kamu !)” Jawab tentara Belanda pertama yang sedang kami introgasi,

  “Katanya, dia lebih baik mati daripada harus memberikan informasi” ucap Gusri ke Ayahku,

  “Okay then(Baiklah)” Balas Ayahku,
 Lalu Ayahku dengan kejamnya menancapkan Karambit ke leher tentara Belanda itu dan lalu Karambitnya itu diputar ke kanan dan kekiri seperti sedang membuka kunci pintu, setelah itu, dia pun mencabut Karambitnya dan menggelindingkan mayatnya seperti tidak ada artinya,
 Kami pun langsung mengintrogasi tentara Belanda yang kedua, Ayahku menakuti-nakutinya dengan cara memutar-mutarkan Karambit yang masih berlumuran darah segar dari mayat yang tadi dengan pelan,
  “Nou, luister nu me vriend, als je niet wilt dat join je vriend geef ons de informatie!( Nah, sekarang dengarkan aku teman, jika kamu tidak ingin bergabung dengan temanmu itu, berikan kami informasi !)” Bentak Gusri,

  “Okay-okay !, I zullen geven
alle informatie toe die Ik weet dat !( Oke, oke!, Saya akan memberikan semua informasi yang saya tahu!)” Ucap dia dengan keringat dingin dan wajah yang benar-benar ketakutan,

  “goed, vertel me now !(
baiklah, ceritakan sekarang !)” balas Gusri,

  “Zodra u ons bedreigen met het sturen van een van onze troepen, onze gouverneur genaamd Johan Paul van Limburg Stirum heeft ons bevolen om je aan te vallen(Setelah kalian mengancam kami dengan mengirim salah satu pasukan kami, gubernur kami yang bernama Johan Paul van Limburg Stirum menyuruh kami untuk menyerang kalian)” Terangnya,

  “Na dat?(Setelah itu?)” Tanya Gusri,

  “Dat alles wat ik weet!, Ik zweer het!(
Hanya itu yang aku tahu !, aku bersumpah !)” Ucap tentara itu,

  “Well, Thank You(Baiklah, Terima Kasih)” Ucap Gusri,

  “ dia bilang seorang gubernur Johan Paul van Limburg Stirum yang menyuruh mereka untuk menyerang desa ini” ucap Gusri ke Ayahku,

   “Sial, ternyata gubernur baru itu” balas Ayahku sambil memutar-mutarkan karambit,
 Ayahku pun berjalan ke belakang tentara belanda itu dan menarik kepalanya kebelakang,

  “Ik heb alles verteld wat je ik weet !, Wat doe je nou?!, Ontferm u mijner! please!(
Aku sudah mengatakan semua yang aku tahu !, Apa yang kau lakukan ?!, Kasihanilah aku ! Please !),
  “Apakah, Kalian, ORANG BELANDA TAU BELAS KASIHAN ? !, JIKA KALIAN TAU, MAKA KALIAN TIDAK AKAN PERNAH MENJAJAH NEGRI KAMI INI !, KALIAN HANYALAH IBLIS BERWUJUD MANUSIA YANG SERAKAH DAN TIDAK TAU BELAS KASIHANNN !!!!!” Bentak Ayahku sambil menancapkan Karambit ke bagian kanan leher dan merobeknya dengan paksa ke arah kiri,
 Kami semua hanya terdiam tanpa kata melihat itu, dan sekarang tersisa lah satu tentara Belanda,
  “Sekarang yang terakhir kita apakan?” Tanya Gusri,

  “Dia kita buang ke hutan saja” jawab Ayahku,

  “Okay” Jawab Gusri,
 Akhirnya aku dan Gusri pun memapah Tentara Belanda itu ke hutan lalu tugas Ziad dan Yono adalah membuang mayat 2 tentara belanda itu ke sungai,
 Setelah tugas kami selesai semua, kami pun berkumpul di rumahku,
  “Sepertinya kita sudah tidak bisa tinggal disini lagi” ucap Ayahku,

  “Kenapa?” Tanyaku,

  “Belanda sudah mengetahui tempat ini, besok jam 5 pagi, kita akan berangkat menggunakan truk belanda yang tadi pagi kita dapatkan” Ucap Ayahku,

  “Kalian dengar kata Ayahku?, siapkan baju-baju, senjata, dan makanan untuk bekal kita nanti cukkk !” Ucapku,

  “Woke !” ucap mereka bertiga,

  “Tapi, untuk jaga-jaga, Aku Ziad, Gusri dan Yono akan berjaga di pos ronda” Ucap Ayahku,

  “Baiklah, Aku gak ikut, ngantuk soalnya” Balasku,

  “Dasar kebo, Wakakaka” Ucap Gusri,

  “Sak karepmu lah” balasku tanpa menghiraukan ucapan Gusri dan langsung pergi ke kamar untuk tidur.
 Mungkin beberapa dari kalian bertanya, Kenapa Ziad, Yono, dan Gusri berani ikut kedalam organisasi kami dan mengikuti semua perintah kami, Ya itu semua karna Mereka Yatim Piatu,mereka itu 3 bersaudara, Orang tua mereka dibunuh Belanda 3 bulan lalu,
Setelah Tentara Belanda membunuh orang tua mereka, mereka pun hendak membunuh Ziad, Gusri dan Yono dan pada waktu yang tepat, aku dan Ayahku datang untuk menyelamatkan mereka, Setelah Ayahku dan aku menyelamatkan mereka, ayahku pun merekruit(mengajak) mereka bergabung dengan organisasi kami, dan mereka pun langsung menanggapinya dengan positif,
  Sekitar jam 3 pagi, aku mendengar suara gaduh, seperti suara tembakan dan suara teriakan, dan pada saat itulah aku tersadar kalau desaku sedang di serang !
Aku pun langsung pergi ke kamar Ayahku untuk membangunkannya, Tapi dia tidak ada, dan pada saat itu aku ingat kalau Ayahku dan yang lainnya berjaga di pos ronda, Aku pun langsung mengambil pistolku yang berjenis lugers, sebuah granat dan 2 karambitku lalu aku segera berlari keluar rumah.
 Antara hoki atau bukan, Pada saat aku baru keluar rumah, rumahku pun meledak dan hancur berantakan akibat terkena tembakan tank belanda yang berjenis M1 'stuart' , Aku pun langsung mencari perlindungan yaitu tembok rumah tetanggaku, aku pun mengintip ke arah tank itu, dan ternyata dia sudah berbalik arah, mungkin dia mengira aku sudah mati, dan dengan sigap, aku pun berlari menuju tank itu sambil mengambil granatku sambil membuka pinnya, lalu aku pun naik dari bagian belakang tank itu lalu membuka pintu masuk kedalam tank dan melempar granat ku kedalamnya, setelah itu aku pun langsung loncat dari tank itu.
 2 detik kemudian, Tank itu meledak dan hancur berkeping-keping, dan dengan siaga, aku langsung berlindung dibalik pohon karna menurut firasatku, ledakan itu akan memancing beberapa tentara belanda untuk datang kesini,
 Dan betul saja, ada sekitar 4 orang tentara belanda yang membawa senjata jenis Sten Gun Mark III datang ke arah tank itu,
Aku pun mengambil nafas panjang, lalu mengeluarkannya dari pantat secara berulang-ulang untuk mempersiapkan mental, Persiapan mental ini aku namakan ‘Kentut’, dan ketika mental ku sudah siap, Aku berlari ke arah mereka lalu menusuk dua orang  tentara belanda dibagian leher, dan mengambil salah satu tubuh mereka untuk kujadikan tameng, 2 tentara belanda yang masih tersisa itu pun langsung menembakiku, dan aku pun langsung melempar satu karambitku ke salah satu tentara belanda di bagian leher, lalu yang satunya aku tembak dengan pistolku di bagian kaki dan lalu aku tembak lagi tepat di kepala,
Setelah mereka semua beres, aku pun melanjutkan mencari Ayah, Yono, Gusri, dan Ziad.
Setelah 2 menit mencari, aku pun menemukan Ayahku, Ziad dan Yono sedang terluka parah dan bersender di sebuah tempat duduk panjang yang terbuat dari semen yang tidak jauh dari pos ronda, sementara Gusri, dia masih melakukan perlawanan ke tentara belanda dengan senjata 1903 Springfield miliknya, Aku pun langsung mendekati Ayah, Ziad dan Yono.
   “Ayah !, dengarkan rencanaku ini, aku akan menghadang mereka, sementara kalian mengambil truk dan pergi dari sini !” Ucapku,

   “Pe…Percuma saja, Luka yang aku dapat ini terlalu parah.., peluru senjata bajingan belanda itu me…mengenai ulu atiku, a..aku mungkin hanya akan bertahan selama 1 jam, Jadi, Kau dan Yusri yang harus pergi…, dari sini !, aku, Yono, dan Ziad yang akan menghadang mereka !” Ucap Ayahku dengan nada yang sekarat,

   “Ta..tapi…” belum selesai aku bicara, Ayahku sudah memotong omonganku,

   “Jaga temanmu itu, aku harap ka…kalian berdua selamat” Ucapnya sambil tersenyum,

   “Sekarang…, PERGI DARI SINI !” Bentak Ayahku,

   “Ba..baiklah !” ucapku dengan terpaksa,
Aku pun langsung mengambil tangan Gusri dan berlari menjauh dari situ, Aku mendapat perlawanan dari Gusri, dan aku pun langsung menjelaskan bahwa ini adalah perintah dari ayahku, dan akhirnya, Gusri pun menurut dan lalu kami berdua pun berlari menjauh dari tempat itu untuk menuju ketempat truk kami, aku pun menyempatkan untuk menoleh kebelakang, dan pada saat itu aku melihat Ziad dan Yono melakukan perlawanan dengan senjata 1903 Springfield mereka, sebelum akhirnya tertembak di kepala, Aku pun yang tidak tahan melihat itu, berbalik arah sambil menembak-nembak ke arah tentara-tentara belanda sialan itu, lalu Gusri memegang pundakku dan menarikku kebelakang, dan pada saat itu, aku melihat Ayahku tersenyum kepada kami, aku melihat ditangan kanannya ada sebuah granat, dan pada saat itu aku sadar kalau Ayahku akan melakukan bom bunuh diri,

   “JANGAAANNNN !” Teriakku,

Ayahku hanya tersenyum dan berbalik arah lalu berlari sekuat tenaganya menuju 7 tentara belanda yang sedang melakukan pengisian ulang senjata mereka, setelah 5 detik berlari, Ayahku pun sampai ditempat mereka, dan lalu aku melihat seorang tentara Belanda menembak Ayahku tepat dikepala, 1 detik setelah penembakan itu, “BOOOMMMMM” Granat yang ayahku genggam meledak dan menewaskan semua tentara belanda yang beradius 3 meter, Aku benar-benar tidak sanggup melihatnya, aku pun hanya bisa meneteskan air mata, dan akhirnya Gusri menarik pundakku untuk pergi dari sini karna kemungkinan masih ada beberapa tentara belanda yang hidup, dan dengan berat hati, aku pun berlari ke arah truk kami dan meninggalkan desa kami yang sudah hangus terbakar akibat serangan Tentara Belanda yang tidak kami duga itu, dan aku tahu, kejadian penyerangan tadi, akan dihapus dari sejarah untuk menutup-nutupi aib pemerintahan belanda.

To Be Continued…..
Bima Arif Putra Web Developer

4 komentar:

  1. Keren gan, tpi seriusly KENTUT -_-.
    Lanjutkan Gan

    BalasHapus
    Balasan
    1. http://bimaarifputra.blogspot.com/2014/06/assassins-creed-indonesian-revolution.html :v /

      Hapus
  2. gw ke sini malah baca ceritanya bukan gamenya haha

    BalasHapus