Hoiii, maap
baru nge post lanjutannya :3
Bagi yang
belom baca Chapter 1, silahkan baca disini :
Chapter 2 :
http://bimaarifputra.blogspot.com/2014/05/assassins-creed-indonesian-revolution.html
Langsung aje cuyy,
Langsung aje cuyy,
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Created by:
Bima Arif Putra
Inspired by:
Real Life Event, Dream, Jagatplay, Assassin’s Creed, and Indonesian heroes
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Assassin’s Creed : Indonesian Revolution
#Chapter_3.1”
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*Beberapa
jam kemudian setelah taksa tertembak……*
“hosh..hosh…hosh…”
bunyi Nafasku yang tidak beraturan, aku tidak tau aku berada dimana, aku hanya
tiduran di sebuah kasur di dalam ruangan dengan peralatan medis dan
obat-obatan.
Aku meliat
ke arah kiri ada Michelle yang tidur di kursi sambil memegangi tanganku, aku
pun bangkit dari tempat tidur dan duduk dikasur(pemales bat ye romannya).
“Chell?”
Ucapku pelan sambil membangunkan Michelle,
dia pun
bangun dan melihat kearahku,
“heii, kita
lagi dimana sih?” Tanyaku,
Tanpa menjawab,
Michelle langsung memelukku sambil menangis,
“Hei, hei,
udah gapapa, aku rapopo kok” Ucapku menenangkan Michelle sambil memeluknya dan
mengelus rambutnya,
“Aku kira
kamu bakalan meninggal…, Kamu berdarah banyak banget, aku takut ngeliat darah”
Balas Michelle sambil masih menangis,
Aku melihat
ke arah lengan Michelle ada kain kapas, jangan-jangan dia mendonorkan darahnya
untuku,
“Michelle..,
golongan darah kamu apa?” Tanyaku,
“O, memang
kenapa?” Balas Michelle,
“Jangan
bilang kamu ndonorin darah kamu buat aku?” Tanyaku,
“Haha” tawa
Michelle,
“Et, itu
bahaya kusnadi, tapi, makasih, gara-gara kamu aku bisa hidup” Ucapku,
“Iya
sama-sama, eh, kamu mau makan ga?” Tanya Michelle,
“boleh”
balasku,
“bentar yaa,
aku bikinin dulu” ucap Michelle,
“iya,
makasih” balasku,
Beberapa
menit kemudian Michelle pun datang dengan membawa nasi dan telur ceplok, Aku
langsung memakannya karna laper :v, dan setelah ngobrol-ngobrol, aku tau aku
ternyata aku berada dimana.
Yeah, aku
berada di tempat tujuanku, yaitu di Technische Hoogeschool di Bandung, tepatnya
berada di ruang kesehatan.
Keesokan harinya, aku sudah mulai pulih dan
mulai bisa mengikuti pelajaran, 1 kelas berisi 20 orang, Aku duduk dengan
seorang laki-laki bernama Soekarno, dan tiba-tiba aku ingat tentang mimpiku
yang meramalkan ada seseorang yang namanya berakhiran no yang akan memimpin
Indonesia menuju kejayaan, tapi aku buang pikiranku itu, karna.., yakali dah,
anak yang sukanya bercanda+ngeselin bisa jadi orang yang mimpin Indonesia,
wakakak, tapi emang sifatnya si Soekarno itu kek gitu, ngeselin, becanda mulu,
dan rada-rada aneh.
Ada satu hal
yang soekarno lakuin dan bikin aku bener-bener kesel, yaitu pada saat aku lagi
mandi sekitar jam 7 malem, ehh lampu dimatiin, padahal aku lagi menyabun
mukaku(jangan ngira kalo si Taksa nyabun kek elu2 pada), begitu aku buka pintu
kamar mandi buat nyalain lampu, Ehh tiba-tiba si Soekarno muncul pake taplak
meja putih sambil bilang,
“Aku
tunangannya Michelle, hohoho” Ucap Soekarno
“JIANC******KKKKK
!” Ucap gua kaget sambil loncat ke bak mandi,
Dia cuman
ngakak sama anak-anak yang laen liat aku kagetnya sampe kayak gitu.
Di sekolah ini
aku tinggal di asrama karna gapunya keluarga di bandung, begitu pula dengan
michelle,
Jangan mikir
kalo aku sama michelle satu asrama dan satu kamar, soalnya kalo satu asrama dan
satu kamar bisa kaco.
5 tahun
kemudian, tepatnya tanggal 3 Juli 1926 aku sarjana, aku sedikit ga percaya, si
Soekarno, orang jahil + ngeselin, bisa dapet gelar Insinyur,
Setelah
perayaan sarjana, aku bersepeda mengitari desa-desa sama Michelle,
Karna umurku yang sudah bisa dibilang cukup tua, aku pun memutuskan untuk melamar Michelle~(kalian masih jomblo ya? BRAKAKKAAKAK \ :V /(padahal yang nulis cerita ini juga jomblo loh)),
Karna umurku yang sudah bisa dibilang cukup tua, aku pun memutuskan untuk melamar Michelle~(kalian masih jomblo ya? BRAKAKKAAKAK \ :V /(padahal yang nulis cerita ini juga jomblo loh)),
“Chell..”
Ucapku ke Michelle yang berada diboncengan sepeda ontel yang aku pinjam dari
soekarno(roman-romanya Taksa kaga modal bat ye),
“Iya,
kenapa?” Tanya Michelle,
“Ehhh.., kan
kita udah kenal lumayan lama nih” ucapku,
“Iyaa,
terus?” Tanya Michelle,
“dan umurku
sama umur kamu juga udah lumayan tua” Ucapku,
“ihh enak
aja!, aku masih 25 tahun tauuu, bweee” Balas Michelle,
“heheh,
eehhh, aku mau ngomong sesuatu” ucapku,
”Ngomong
apa?, perasaan kamu daritadi udah ngomong, haha” balas michelle,
“Kamu mau ga
jadi istri aku?” Tanyaku dengan muka yang sedikit memerah,
Michelle
hanya diam, sumpah ini horror banget,
“Kenapa kok
diem aja?” Tanyaku,
“Ehh, maaf
Sa, bukannya aku ga mau, tapi, kamu telat ngelamar aku” Jawab Michelle,
“Loh kok
telat?...” Tanyaku,
“Kemarin,
orang tuaku nge jodohin aku sama anaknya teman ayahku yang pengusaha, aku ga
berani ngelawan ayahku” Balas Michelle,
“Aku rapopo
kok, kamu pantes dapet yang lebih baik daripada aku” Ucapku dengan perasaan
nyesek seperti ditancep kerambit tepat di titit.
“Aku
sebenernya cinta sama kamu, bukan sama dia” ucap Michelle sambil memelukku dari
bagian belakang sepeda, yang kita naiki berdua, Taksa diam-diam berbisik~,
“Ah yowes
ben aku raaa popo, gur danggep konco sekelas nek ulangan
Sing ra
dianggep, Aku gur dianggep koyo dhemit~” Bisikku,
“Eh..eh..eh,
tunggu dulu” Ucapku sambil memberhentikan sepeda,
“Kenapa?”
Tanya Michelle kebingungan,
“Kamu
cintanya sama aku?, bukan sama tunanganmu yang dijodohin itu?” Tanyaku,
“I..iya”
Balas Michelle sambil menundukan kepala,
“Aku mau
ketemu orang tuamu” Ucapku,
“Eheh?!, kamu
yakin?, papaku galak loh” Balas Michelle,
“Kamu mau
nikah sama oranag yang nggak kamu cintai?” Tanyaku,
“Ya ngga
sih” Balas Michelle,
“YAUDAH !,
Kamu berangkat ke Surabaya kapan?” Tanyaku,
“Besok..”
Balas Michelle,
“Oke, aku
juga ikut” Ucapku
Keesokan harinya~
Aku ke Surabaya naik kereta,
Perjalanan dari bandung ke Surabaya mengambil waktu 14 Jam+,
Aku dan Michelle akhirnya sampai
dirumahnya, Emang ya, kalo mau ngomong sama calon mertua itu bener-bener
nakutin, liat rumahnya yang sebenernya bagus, malah keliatan kayak tempat
penyiksaan.
“Ayo Sa, katanya mau ngomong sama papaku”
Tantang Michelle,
“*glek*, ba..baiklah” Balasku,
Aku pun melangkahkan kaki ke arah
pintu masuk dan mengetuk pintunya, ehh si Michelle malah ngumpet dibelakang
punggungku.
Setelah beberapa kali ketukan, ada seorang laki-laki berkumis tebal, bertampang seram, dan berbadan lumayan gemuk.
Setelah beberapa kali ketukan, ada seorang laki-laki berkumis tebal, bertampang seram, dan berbadan lumayan gemuk.
“Anda siapa?” Tanyanya,
“Ehhheh, perkenalkan, saya Taksa
Pragata, pacarnya anak bapak, si Michelle” Ucapku dengan gemetar,
Tiba-tiba si Michelle memeluku dengan
erat dan menunjukan wajahnya ke bapaknya,
Njirr, mata bapaknya langsung merah
menyala bagaikan udah siap buat manggang aku,
“Michelle !, kamu kan sudah dijodohin
!, kenapa malah nyari laki-laki lain?!” Tanya bapaknya,
“Nih si Taksa mau ngejelasin” Ucap
Michelle,
“Eh..eheh.. iya pak, saya ke sini mau
ngejelasin” Ucapku,
”Ngejelasin apa?” Tanya bapaknya
sambil melipat tangannya,
“Kalo sebenernya itu, anak bapak, si
Michelele, ga cinta ke tunangannya, tapi cintanya sama saya, iya kan chell?”
Jawabku,
“Iyaaa” Balas Michelle sambil
mendekatkan pipinya kearah pipiku,
“Terus?” Tanya Ayahnya lagi,
“Yaa, cinta itu ga boleh dipaksakan
pak, pasti bakalan berdampak kedepannya, ntah keluarga yang ga harmonis atau
bahkan bisa cerai, juga, anak bapak yang cantik ini bisa stress karna ga cocok
sama suaminya, bapak mau anak bapak stress?” Tanyaku,
“Ya tentu saja tidak, tapi dengan
menjodohkan Michelle dengan anaknya teman saya, akan membawa keuntungan bagi
saya dan perusahaan saya” Balas Ayahnya Michelle,
“Memang betul pak, tapi keuntungan itu
tidak untuk anak bapak !” Balasku,
Bapaknya Michelle hanya terdiam tanpa
kata mendengar ucapanku tadi.
“Pak, saya mohon, batalkan pertunangan
itu, saya ga rela kalo Michelle, menikah dengan orang yang ga dia sukai atau
bahkan cintai” Ucapku memohon,
“Iya paa, bener kata Taksa, aku gamau
nikah sama si Walter(nama anaknya temen bapaknye), aku maunya sama Taksa, papa
tega kalo aku nikah sama orang yang ga terlalu dekat dan ga terlalu kenal sama
aku?” Tanya Michelle,
“*menghela nafas panjang*, baiklah,
kamu satu-satunya yang aku punya di dunia ini Michelle, apapun yang menurut
kamu bagus buat kamu dan gabakalan menyakiti kamu, Papa izinkan” Jawab Ayahnya
Michelle,
“YEAY !, Makasih papaaaaaa” Ucap
Michelle, sambil melepas pelukannya dari aku dan memeluk Ayahnya,
“Makasih pakkk!!!” Ucapku juga sambil
mau ikut meluk,
“Woy, kalo ama anakku mah gapapa, dia
cewe, dia cantik, dan dia juga anakku!, lah kalo kamu, kenal baru aja udah mau
meluk saya, situ homo?” Tanya bapaknya,
Wajahku udah kayak kambing jantan yang
ga dikasih makan berhari-hari mendengar ucapan itu,
“Kalo saya homo, kenapa saya pacaran
dan terlebih melamar anak bapak?” Tanyaku,
“oh iya ya” Balas Ayahnya Michelle,
2 Minggu kemudian, itu adalah hari
pernikahanku dengan Michelle(cie-cie udah ga jones ciee(yang ngetik nyesek
ndiri ngetik ini))
oh iya, btw, To Be Continued~ :v
kan keliatan dari judulnya, #Chapter_3.1, nahh, Chapter
ini ada 2 sekuel, #Chapter_3.1 itu tentang si Taksa ngelamar si Michelle,
sedangkan #Chapter_3.2 itu kejadian saat Pernikahannya si Taksa sama si
Michelle, ada apa gerangan yang terjadi di #Chapter_3.2 ???(ceritanya ngikutin
sinetron2 gitu, contohnya kek “Ayah, mengapa survey tv oon berbeda”), Nantikan
2 minggu lagi coeg ! :v /