TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Sebuah laporan dari Komite Intelijen Senat Amerika berisi pola metode brutal CIA
dalam menginterogasi para tersangka teroris setelah serangan 11 September 2001 bocor. Tim dari komite itu akan
meminta Kementerian Kehakiman menyelidiki bagaimana bisa dokumen tersebut bocor.
Pemberitaan dari media The McClathcy, Kamis (10/4/2014) malam, memuat dokumen berisi 20 temuan dari laporan komite
itu. Menurut pemberitaan tersebut, laporan komite Senat menyimpulkan bahwa teknik interogasi CIA gagal menghasilkan data intelijen yang berharga.
CIA, menurut laporan itu juga, telah menyesatkan pemerintahan Presiden George Bush, Kongres, dan masyarakat, tentang perlakuan yang brutal CIA kepada para tersangka. Badan intelijen ini disebut pula menggunakan teknik tak sah untuk menahan tersangka dan melakukan kesalahan penahanan, yang semua kesalahan itu tak pernah dievaluasi.
Baik teknik interogasi CIA maupun penahanan yang brutal dinyatakan akan semakin memburuk, kecuali lembaga ini berkomitmen membuat kebijakan baru. Temuan tersebut konsisten dengan rincian senator yang sejak 2009 menyelidiki
pola penanganan CIA atas para tersangka teroris.
Penyelidikan Senat merujuk pula pada beragam laporan dari pemberitaan, organisasi HAM, dan berbagai penelitian, baik dari pemerintah maupun non-pemerintah. Presiden Barack Obama menyamakan interogasi brutal itu sebagai penyiksaan, tetapi CIA membela tindakan para agennya dan mengatakan laporan Senat tak akurat.
Komite Intelijen Senat pada pekan lalu mengumumkan telah membuat ulasan dan kesimpulan dari peninjauan atas 6.600 lembar dokumen terkait kinerja CIA itu. Mereka saat ini masih menunggu pemerintahan Obama menyensor materi sensitif dari laporan itu terhadap keamanan nasional sebelum publikasi.
Ketua Panel mengatakan penyelidikan atas temuan kebocoran laporan itu masih berlangsung. Namun, dua halaman temuan publikasi McClatchy tersebut akan memasukkan nama-nama dari para pegawai pemerintah maupun tahanan yang menghadapi
siksaan, lokasi penjara rahasia CIA, maupun hal lain yang mengancam keamanan nasional negara itu. Dokumen itu pun
tak menunjukkan cara maupun alasan panitia sampai kepada kesimpulan itu.
"Jika seseorang menyebarkan setiap bagian dari laporan rahasia ini, mereka melanggar hukum dan harus dituntut,"
kata Senator Demokrat Dianne Feinstein.
"Komite ini menyelidiki pengungkapan yang tak sah tersebut, dan saya merujuk (penyelidikan itu) kepada Kementerian Kehakinan."
Juru Bicara CIA Dean Boyd menolak berkomentar atas publikasi temuan itu.
"Mengingat laporan tersebut masih bersifat rahasia, kami tidak dapat berkomentar," tepis dia. Boyd mengatakan CIA berkomitmen membuat klasifikasi ulasan yang cepat untuk konsumsi publik atas laporan komite Senat.
Namun, dalam sebuah opini di The Washington Post, Feinstein dan Senator Jay Rockefeller, dua anggota komite dari Demokrat, mengatakan pengungkapan 500 halaman dari laporan ini ke publik merupakan cara terbaik untuk memastikan bahwa program penahanan rahasia dan interogasi koersif tak pernah terjadi lagi.
"Ini juga akan berfungsi menegakkan praktik Amerika mengakui kesalahan dan belajar dari kesalahan," kata mereka.
Para senator berusaha menjawab dua kritik utama atas laporan yang diajukan antara lain oleh mantan pejabat CIA. Kritik itu menyatakan kesimpulan laporan sudah ditetapkan terlebih dahulu dan diambil tanpa ada wawancara langsung dengan para pejabat CIA.
Menyebut laporan itu sebagai "fact based", Feinstein dan Rockefeller mengatakan hampir setiap kalimat dalam laporan tersebut diatribusikan pada jaringan telekomunikasi CIA, e-mail, catatan internal, kesaksian, dan dokumen lainnya.
Mereka mengakui review Kementerian Kehakiman atas program dinas mata-mata itu berarti pimpinan tertinggi, pengacara, agen kontraterorisme, analis, dan interigator CIA tak harus berbicara dengan komite Senat.
Namun, mereka berdua mengatakan bahwa para penyelidik di Senat menggunakan transkrip lebih dari 100 wawancara oleh auditor internal CIA maupun dari lembaga lain yang digelar selama pola brutal interogasi maupun setelah pola itu
tak lagi dipakai.